Tuesday, April 28, 2009

Undhuh2

Undhuh-undhuh, sebagaimana yang kita tau, merupakan sebuah hasil proses asimilasi antara tradisi Jawa dengan Kekristenan. Dalam masyarakat Jawa Kristen, budaya ini masih terus diperjuangkan untuk dapat eksis. Mereka memakai momen ini untuk mempersembahkan hasil-hasil panen yang telah mereka dapatkan selama musim tanam sebagai persembahan di hadapan Tuhan. Kultur budaya Jawa yang sebagian besar penduduknya adalah petani (agraris) agaknya memang sesuai dengan kondisi bangsa Israel yang juga diajak untuk mempersembahkan hasil bumi mereka, hasil bercocok tanam mereka ke hadapan Tuhan (Ul 26:1,2,10)

"Dalam perjanjian lama, Pentakosta ( Pentekoste ) adalah perayaan pesta panen gandum ( Ul. 26 : 10 ),yaitu hari ke -50 setelah Paskah ( Im. 23:11, 15 ). Pentakosta dirayakan pada akhir musim panen atau menjelang musim panas. Pentakosta disebut juga perayaan Tujuh Pekan, sebab panen gandum dilakukanpada pekan ketujuh setelah menanam pada musim semi, yakni hari ke -49 atau waktu akhir menuai jelai dan awal menuai gandum. Pesta syukur panen diadakan hari esok harinya, yaitu hari ke -50, dengan menyampaikan berbagai korban persembahan ( Im. 23: 15 - 21 ). Pesta panen ini dirayakan dengan perjamuan dan mengunjungi kota Yerusalem."

"Gereja-gereja hingga masa kini merayakan Pentakosta berdasarkan pada peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas para rasul ( Kis. 2 ). Jika di kaitkan dengan Pentakosta dalam Perjanjian Lama, tentu tidak ada kaitannya. Pentakosta sebagai hari turunnya Roh Kudus memiliki makna dan isi yang berbeda dengan Pentakosta sebagai hari raya panen. Hari raya turunnya Roh Kudus disebut dengan Pentakosta atau mengadopsi Pentakosta dalam perjanjian lama, karena :
- Dari penghitungan waktunya, turunnya Roh Kudus tepat pada hari ke - 50 dari hari Paskah
- Umat Israel bersyukur atas panen yang diberikan Allah. Demikian juga para Rasul bersyukur atas Roh Kudus yang diberikan Allah

Saat ini gereja - gereja merayakan Pentakosta sebagai hari turunnya Roh Kudus dan hari persembahan syukur tahunan, serta hari pengutusan umat Kristen."

Saat ini di beberapa Gereja tradisioni Jawa (GKJ,GKJW) dan beberapa GKI mencoba menghidupkan kembali tradisi ini tentu dengan berbagai adaptasi yang diperlukan. Masih ada memang yang membawa hasil-hasil pertanian (yang sekarang malah menjadi pemandangan aneh, ada "pisang masuk gereja", ada padi dan biji2an di atas tampah, dlsb) namun tidak sedikit pula yang mengambil lagkah praktis berupa "amplopnya" saja. Pada saat undhuh2 ini pula sering dilakukan lelang untuk hasil-hasil bumi yang dibawa tersebut dan hasilnya dipersembahkan sepenuhnya untuk tugas dan pelayanan Gereja setempat.

So, menjelang Pentakosta yang akan segera datang, pertanyaan ini juga pantas untuk kita pikir dan refleksikan bersama, apakah tradisi ini masih relevan dengan kultur masyarakat perkotaan masa kini? dan akankah tradisi ini kita adaptasi dan terus lestarikan? apakah lelang yang dilakukan bisa dinikmati dan dihayati oleh seluruh jemaat (ato jangan2 hanya mereka yang berduit)? atau tetapi malah justru dengan undhuh2 kita dihadapkan pada penghayatan "memberi persembahan" yang sejati?
monggo sedherek sedhoyo kita renungkan !

Me

Me

About Me

Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
All the way my savior leads me, what have i to ask beside